Mengenal Kebun Raya Sumber Salak Silvopastura

8 November 2021


Bermula dari seorang polisi bernama Bripka Hefri Ardiansyah yang ingin mencari penghasilan dengan berjualan hewan kurban pada tahun 2015. Agar stok kambing tetap terpenuhi, bripka hefri mencoba beternak dengan langkah awal 15 ekor kambing. Karena di daerah sumber salak stok pakan mencukupi, beliau mencoba beternak dengan system silvopastura. 
Silvopastura adalah interaksi antara peternakan dan kehutanan, yang dimana peternak menggunakan sedikit sumber daya alam untuk diberikan pakan ternak yang biasanya terjadi dikawasan hutan. Disana hewan ternak dilepas liarkan untuk mencari pakan sendiri. Taman Raya Sumber salak Silvopastura sendiri adalah Taman raya pertama yang difokuskan untuk membranding daerah dengan memunculkan kualitas dombanya.
Dengan awal merintis beternak menggunakan system silvopastura banyak warga sekitar sumber salak yang tertarik untuk mencobanya, yang awalnya hanya 2 kandang sekarang bisa menjadi 7 kandang. Dari sana juga mulai banyak investor yang mencoba kolaborasi sehingga sekarang menghasilkan 30 ekor sapi dan 300 sampai 400 ekor Domba.
Selain mengejar profit dalam beternak domba, bripka hefri mengajak pemuda sekitar yang dulunya bergabung dalam pokdarwis (Kelompok sadar wisata), untuk ikut serta dan belajar dalam beternak domba. Bermula dari itu juga muncul ide silvopastura muncul, yang mulanya menjual hewan kurban menjadi peternak, lalu lanjut berkembang menjadi farm, dan sekarang menjadi Silvopastura. Berbagai macam jenis domba diternakan mulai dari domba ekor gemuk, ekor tipis, merino, dll.
Dengan support dan respon perhutani, bripka hefri diamanahkan lahan agar dapat dikelola seluas 6 hektar dengan Panjang pagar 1,5 km yang mengelilinginya. Agar dalam mengembangkan Taman Raya Silvopastura menjadi mudah, ada 6 bidang yang strukturnya seperti di perusahaan untuk membantu manajemen silvopastura. Terdapat 7 warga sekitar menjadi ABK (anak buah kandang) yang bekerja disana. Tujuan mempekerjaan pemuda/warga sekitar disana, agar warga sekitar/pemuda tidak tergantung dengan pekerjaan dikota besar padahal sumber daya alam yang dapat dikelola di Desanya dapat diolah dan menghasilkan profit. 
Karena bondowoso kental dengan tempat wisata, bripka herfi mengajak kerja sama dengan bang catur dan om jody untuk meramaikan Taman Raya Sumber salak Silvopastura menjadi tempat wisata. Langkah cara menarik pengunjung/mengenalkan taman raya sumber salak , om jody mengadakan lomba fotografer dengan berlatar belakang taman raya silvopastura dengan hadiah 3 juta rupiah. Dengan berbagai cara itu juga silvopastura mendapat respon dan support perangkat daerah terutama dinas peternakan dengan memberikan 25 ekor domba.
Tujuan Taman Raya Silvopastura saat ini selain menjadi tempat wisata juga menjadi tempat yang menyediakan edukasi cara beternak domba kualitas. Di taman raya sendiri mulai banyak pengunjung seperti para komunitas pesepeda dan warga sekitar yang ingin menikmati suasana peternakan yang berkombinasi dengan hutan. Agar menarik daya Tarik pengunjung, taman raya silvopastura menyediakan fasilitas wisata alam dengan view pelataran gunung argopuro,tempat camping ,area downhill bagi pesepeda, gazebo bagi pengunjung, café, mck,listrik, wifi, dll. Di silvopastura sendiri menyediakan Domba hidup, olahan domba seperti (sate,gule, dan domba guling), dan susu perah domba segar.
Kendala pembangunan taman raya silvopastura ada 2 hal, yaitu tidak yakin usahanya akan berhasil dan isu negative seperti saat ini musim pilkades sehingga mengakibatkan investor gagal menginvestkan 100 ekor sapi. Saat ini juga abk taman raya silvopastura juga membutuhkan pelatihan SDM dalam bidang peternakan. 
Dengan adanya podcast di Asap Channel juga owner Taman Raya Sumber salak Silvopastura membuka selebar-lebarnya untuk para kalangan investor terutama untuk wilayah bondowoso yang mau ikut serta dalam mengembangkan silvopastura di bidang peternakan domba.